-

Tuesday, January 26, 2016

Muliakan Hak Si Buah Hati

Ada banyak orang yang sampai hari ini begitu mendambakan kehadiran buah hati, tetapi ternyata Allah belum berkenan menganugerahinya. Namun, pada saat yang sama, akhir-akhir ini, begitu mudah kita saksikan aksi kekerasan terhadap anak. Padahal, Islam sangat memuliakan hak dan keberadaan anak.

Islam begitu concern terhadap hak anak. Setidaknya ada lima hak anak yang harus terpenuhi dengan baik. 


Pertama, hak untuk mendapatkan perlindungan. Anak-anak harus dilindungi keberadaannya. Kelahirannya harus disambut dengan riang dan dijauhkan dari segala bahaya dan ancaman.

Islam dalam Alquran surah Ali Imran [3] ayat 38 memberikan inspirasi yang sangat berarti, jauh-jauh hari, kepada para pasangan yang hendak menikah untuk berdoa, "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa." Kemudian, ketika masih dalam kandungan, orang tuanya (ayah dan ibu) diperintahkan lagi agar banyak membaca Alquran dan berbuat kebajikan sambil terus berdoa (QS Ibrahim [14]: 35; an-Naml [27]: 19; al-Ahqaf [46]: 15).

Kedua, hak untuk hidup dan bertumbuh kembang. Allah SWT berfirman, "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yakni bagi mereka yang ingin menyempurnakan penyusuan." (QS al-Baqarah [2]: 233). Sejak masih dalam kandungan, anak sudah harus diasupi gizi yang terbaik agar kelak ketika lahir dapat berjalan normal.

Sampai kemudian bayi tersebut lahir, anak dianjurkan untuk segera diperdengarkan kumandang azan dengan harapan nilai-nilai tauhid terpatri dalam jiwanya semenjak lahir. Bayi pun kemudian harus diberikan ASI agar pertumbuhan dan perkembangannya optimal.

Ketiga, hak mendapatkan pendidikan. Ketika anak terus tumbuh dan berkembang, tahap selanjutnya mereka harus diberikan pendidikan yang terbaik, terutama tentang penanaman nilai budi pekerti dan akhlakul karimah. Nabi SAW bersabda, "Tidak ada pemberian seorang ayah yang lebih baik, selain dari budi pekerti yang luhur." (HR at-Tirmizi). orang tua adalah cerminan anak. Orang tualah yang akan menjadi guru pertama anak ketika di rumah. Orang tua yang harus lebih awal memberikan keteladanan kepada anaknya.

Keempat, hak mendapatkan nafkah dan waris. Untuk tumbuh dan berkembang dengan baik, anak-anak butuh banyak keperluan. Orang tua wajib memberikan nafkah kepada anak-anaknya. Dan kelak, orang tua juga dapat memberikan warisan kepada anak-anaknya dengan adil. Nabi SAW bersabda, "Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah memberi nama yang baik, mengajarkan sopan santun, mengajari menulis, berenang dan memanah, memberikan nafkah yang baik dan halal, dan mengawinkannya bila saatnya tiba." (HR Hakim).

Kelima, hak mendapatkan perlakuan setara (tidak diskriminatif). Semua anak yang lahir ke dunia ini adalah mulia, baik perempuan maupun laki-laki. Karenanya, Islam sangat menjunjung tinggi hak hidup dan hak mendapatkan perlakuan setara antara anak perempuan dan laki-laki.

Nabi SAW bersabda, "Samakanlah anak-anakmu dalam hal pemberian. Jika kamu hendak melebihkan salah seorang di antara mereka, lebihkanlah pemberian itu kepada anak-anak perempuan." (HR at-Tabrani).

Senada dengan hadis tersebut, pada kesempatan lain Nabi SAW juga bersabda, "Sesungguhnya aku menekankan pada kalian perhatian yang lebih khusus terhadap hak dua orang lemah, yaitu anak yatim dan anak perempuan." (HR Ibnu Majjah). Wallahu a'lam.


Oleh: Mamang M Haerudin 
sumber : www.republika.co.id

Monday, January 25, 2016

Menjaga Bumi dengan Iman

Bumi adalah hamparan yang menjadi pijakan kita. Kita tinggal di atasnya, kita mengais rezeki darinya, kita makan bersumber darinya, bahkan kita pun mengandung unsurnya karena kita berasal dari tanah.

Bumi memberikan kita, umat manusia, fasilitas hidup yang sungguh tak terkira. Bahkan, ketika kita telah meninggal dunia, bumi pun menjadi tempat peristirahatan jasad kita. Hanya, para malaikat pernah "protes" kepada Allah tatkala Allah hendak menciptakan kaum manusia (Nabi Adam As).

Hal itu terekam dalam Alquran surah al-Baqarah ayat 30, "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.' Mereka berkata, 'Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?' Tuhan berfirman, 'Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui'."

Allah memandatkan Nabi Adam dan keturunannya (umat manusia) untuk mengelola bumi. Dengan demikian, bumi menjadi tempat bergantung bagi umat manusia dan agar umat manusia mengelolanya secara baik. Setidaknya, dalam mengelola bumi itu ada dua hal yang perlu diperhatikan.

Hal pertama adalah mengambil manfaat dari bumi karena bumi telah menyediakan fasilitas bagi umat manusia. Mengambil manfaat ini contohnya adalah bercocok tanam, mengambil manfaat dari pepohonan, menggembalakan ternak di atas padang rumputnya, mengambil air dari sumbernya, mengambil minyak serta batu bara dari perut bumi, dan lain sebagainya. Semua itu untuk kemaslahatan hidup umat manusia. Akan tetapi, pengambilan manfaat dari bumi tersebut tidak boleh dengan landasan serakah dan sewenang-wenang.

Oleh karena itu, kita perlu memperhatikan hal kedua dalam mengelola bumi, yakni menjaga atau memeliharanya agar bisa tetap lestari dan merata d alam pemenuhan kebutuhan umat manusia yang menjadi penduduk bumi. Pen gambilan manfaat dari bumi itu harus tetap memperhatikan kelestariannya. Dengan demikian, selain mengambil manfaat, juga harus diperhatikan pula penjagaan dan pemeliharaannya.

Itulah yang diajarkan oleh agama Islam, yakni mengambil manfaat tetapi juga harus memeliharanya agar manfaat terus bisa terjaga. Itulah yang dinamakan tidak berlebih-lebihan. Berlebih-lebihan itu dilarang oleh Islam, sebagaimana yang termaktub dalam Alquran surah al-A'raf ayat 31, "...Jangan berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan."

Hanya, banyak di antara umat manusia ini yang serakah. Mereka mengambil manfaat dari bumi secara tidak proporsional, menebang hutan secara liar, membakar hutan secara ngawur, ilegal logging, penambangan secara brutal, pencemaran terhadap lingkungan, dan lain sebagainya. Maka dari itu, tidak mengherankan jika banyak bencana alam yang datang, banjir, tanah longsor, kabut asap, dan lain sebagainya.
Penting dalam hal ini bagi kita sebagai umat Islam adalah menjaga bumi dengan iman. Jika kita mengaku umat beriman, tentu kita mengelola bumi tidak hanya mengambil manfaatnya, tetapi juga menjaganya agar tidak terjadi kerusakan.

Oleh karena itu, marilah kita menjaga bumi dengan iman agar tercipta keseimbangan ekosistem di dalam kehidupan. Wallahu a'lam.


Oleh: Supiyadi
sumber : www.republika.co.id

Saturday, January 23, 2016

Ilmu Pisang Sebuah ilmu yang akan meruntuhkan dominasi Ilmu Padi

Kawan , pernahkah anda berhenti disebuah toko buku ?
tertarik pada salah satu buku dengan judul yang tidak menarik , umumnya suatu nama barang dan nama orang yang asing .. sama sekali tak menarik !
Namun rasanya aneh , impuls syaraf seolah tersihir dan tanpa sadar kita buka tiap lembaran buku itu , dan ajaibnya pandangan ini seolah tak dapat lepas dari lembaran lembaran itu , lembaran indah yang dihiasi gambar gambar rongsokan atau coretan ceker hayam(?) rongsokan dan coretan ceker hayam (?) itu lalu disusun sedemikian rupa hingga menjadi sesuatu yang "HEBAT !" "WAH" atau kadang kita hanya bergumam .. "Oh gitu doang .."

Memang cuman reaksi "HEBAT!" "WAH" atau "Oh gitu doang .." yang umum dari kita , namun tak sadarkah kita ? kadang isi buku itu begitu mengusik , kadang hadir sebagai mimpi buruk dan terkadang mengunci fokus pikiran kita , walau seringnya "Hebat!" WAH" atau "oh gitu doang .." hanya numpang lewat , ngopi bentar lalu pergi berlalu begitu saja dengan angkot impian tujuan Duit - Hidup Enak PP.

Beberapa orang yang beruntung untuk memiliki mimpi seperti itu kadang malah terlalu banyak bertanya
"Wah ! hari gini mah dapet hak paten susah .. sandal aja ada yang bisa bikin orang sehat terus (inget iklan sendal kesehatan k*z*i) .. sekarang si gue mau bikin apaan lagi ??"
Padahal .. Andaikan kita mau sedikit membuka mata dan pikiran kita .. Alam ini masih menyimpan banyak ilmu yang terus menerus memanggil kita .. Andaikan kita mau sedikit saja memahami alam .. Tentulah menelurkan sebuah pemikiran baru itu tak sulit , bagi saya dan kita semua .. Tak ubahnya Ilmu ini yang diturunkan Allah SWT melalui sebuah pohon pisang kepada seorang "bocah" . Sebuah ilmu yang siap meruntuhkan dominasi ilmu padi , mungkin tak dapat dibandingkan dengan ilmu E=mc kuadrat karya einstein ..Tapi ini tetap sebuah ilmu , ilmu baru .. atau paling tidak begitulah yang saya tau ..

Mulailah dengan memahami alam
Memahami alam selalu mengasyikkan , bahkan keasyikkan itu tak lantas berkurang ketika apa yang kita coba pahami hanyalah sepetak tanah yang tak jauh dari rumah nenek yang isinya hanya rumput liar dan beberapa tumbuhan pisang ..
Kemanapun mata ini memandang selalu ada hal baru yang disajikan alam , tak perlu waktu lama hingga beban pikiran ini sirna dibuai keindahan alam ciptaan-Nya .

Begitupun bagi seorang "bocah" yang kala itu sedang asyik sendiri .. memandangi beberapa pohon pisang yang tumbuh lebat di depannya , beberapa pohon itu sudah tak elok lagi rupanya , ada yang telah mati dimakan usia , ada yang berbuah lebat namun dirusak oleh segerombolan hewan , ada juga yang batangnya dipotong dan tak kentara daun.n .. beberapa lagi teronggok saja disana meski elok tapi pohon pisang tetaplah pohon pisang selalu saja "sederhana" .. daunnya dari dulu begitu , tak pernah terurai lurus keatas .. selalu saja merunduk kebawah dan tersayat sayat .. " -selalu "sederhana" dan tak pernah menunggu tumpukan "isi" hingga "dia" harus merunduk .. inilah Ilmu Pisang yang akan meruntuhkan dominasi Ilmu padi "

Tak hanya itu saja , tak lama setelah "bocah" itu mengamati lebih jauh , senyum kecil perlahan tumbuh diwajahnya .. Sebuah jawaban yang dititipkan pada sebatang pohon itu kini telah berhasil ia temukan .. Pohon pisang itu lagi lagi mengajarkan hal baru
" -sebuah pohon pisang akan selalu tumbuh walau ditebas berkali kali , sebuah pohon pisang akan selalu mendaki ke atas dan takkan pernah berhenti hingga usaha.n itu dapat berbuah " Beberapa saat "bocah" itu tertegun .. diajari sebuah pohon .. tak pernah dia bayangkan dalam hidupnya .. perlahan dia melangkah menghampiri sebatang pohon pisang yang telah berbunga , berbuah lebat dan manis rasanya ..

Dia petik buahnya dan dia gigit perlahan , daging buahnya lembut dan manis , bijinya kecill dan tidak pahit rasanya , begitupun kulitnya kulitnya tak pernah membuat repot alam .. mudah sekali terurai , namun kali ini "bocah" itu meneteskan air mata .. "terharu" begitulah keadaan.n "-Buah yang manis dan lebat itu tak pernah dinikmati oleh pohon pisang walau secuil pun , buah itu bukan tumpukan "hartanya" yang kemudian hari akan dia ambil untuk mengenyangkan perutnya .. segera setelah pohon pisang berbunga dan berbuah .. dia akan makin merunduk hingga daun.n menyentuh tanah .. pohon pisang itu tak lagi hidup , namun akhir hidupnya tak pernah sia-sia selalu ada hal baru yang dihasilkannya dan manfaatnya begitu luar biasa bagi lingkungan sekitarnya" Tangis sang bocah mulai berhenti , kali senyum yang lebar menghiasi bibirnya .. bahkan sebuah tunas mengajarkan.n hal yang luar biasa " -Pohon pisang yang mati akan melahirkan banyak tunas baru yang akan selalu mewarisi semangatnya , walau tunas itu tak pernah didampingi induknya namun tunas itu tak pernah berhenti tumbuh selalu bersemangat dalam berusaha , dan ketika usaha.n telah berbuah nanti , buah itu dianugerahkan pada alam , tanpa ia nikmati secuil pun" .

Inilah Ilmu Pisang ... Sebuah ilmu yang akan meruntuhkan dominasi Ilmu Padi
sumber :Note FB mang-bro

Friday, January 22, 2016

Museum Sri Baduga Koleksi Jampana Kepala Burung Garuda berleher Ular Naga

Sejumlah koleksi Museum Sri Baduga Jabar mengalami perbaikan atau restorasi. Salah satu koleksi yang diperbaiki adalah kepala jampana berbentuk Kepala Burung Garuda berleher Ular Naga.

Koleksi jampana ini berasal dari Cirebon yang sudah ada di Museum Sri Baduga sejak tahun 1978, atau setahun sebelum Museum Sri Baduga diresmikan dan dibuka untuk umum.

Kepala Balai Pengelolaan Museum Sri Baduga Jabar, Sajidin Aries menyebutkan, perbaikan koleksi merupakan agenda rutin Museum Sri Baduga, terutama koleksi yang sudah tua dan lama disimpan di ruang pamer.

"Koleksi jampana ini memang sudah lama tersimpan di ruang pamer. Kita ingin tarik untuk diperbiaki dan diganti dengan koleksi yang lain," ujar Aries pada wartawan, Jumat (22/1/2016).

Menurut Aries, jampana ini berasal dari wilayah Cirebon, dan banyak digunakan oleh orang-orang dulu.

Jampana terang dia, merupakan tandu yang biasa dipakai untuk mengarak pengantin sunat atau sepasang pengantin yang melaksanakan kawin gantung karena usianya masih muda.

"Kawin gantung ini, dulu sering dilakukan oleh masyarakat di lingkungan pesisir Cirebon," ujarnya.

Jampana ini, terdiri dari dua buah, satu untuk laki-laki dan satu untuk perempuan. Terbuat dari dari kayu, bambu dan lain-lain. Alas duduk berbentuk segi empat, terbuat dari susunan bilah bambu dan sisi-sisinya berpalang kayu.

Pada keempat sudut dipasang tiang untuk penyangga atap yang terbuat dari kain berwan biru bermotif wadasan, bunga dan burung merak. sekeliling atap dihias kain merah dan rendah putih kain wiron putih yang dipenuhi bunga dari kain beraneka warna dan jumbal hanjeli.

Sementara tinggi tiang tidak sama shingga atap landai ke belakang. Sedangkan bagian depan tandu berhiaskan kepala burung garuda yang berleher ular naga. Dimana bagian depan tandu dan di bagian belakang ekor naga yang  mencuat ke atas.

"Pemakaian motif burung dan ular merupakan pengaruh Hindu, karena karena dalam mitologi Hundi burung merupakan lambang kekuasaan dan ular lambang kesuburan," ujarnya.

Sedangkan kepala burung garuda memakai mahkota dengan hiasan nyakmat pada puncaknya outon-outon di bawahnya. Pada bagian belakang terdapat hiasan garuda mungkur, muka berwarna merah, mata kedongdongan, paruh gak melengkung berwarna hitam dan mulut terbuka sehingga tampak taring dan giginya, telinga memakai sumping naga karangrang. Badan dan ekor berwarna berarna merah dipenuhi oleh sisik berwarna biru. Pada bagian ekor terdapat dua buah sirip dan ujung ekor bercagak.

"Ini semua akan direstorasi dan mengembalikan pada kondisi semula. Pasalnya, kepala jampana ini mengalami kerusakan akibat dimakan usia, serta minimnya perawatan. Mudah-mudahan, dengan restorasi ini, Jampana Kepala Burung Naga ini bisa lebih baik dan menarik pengunjung," terangnya.
Kiki Kurnia
Sumber galamedianews.com/wisata

Wednesday, January 20, 2016

Hujan sebagai Rahmat,Rizki, dan Pertolongan

Hujan adalah salah satu anugrah agung dari Allah SWT yang diberikan kepada makhluk-Nya di bumi, terutama bagi manusia.
Hujan tidak hanya memberikan curahan air segar, tapi juga menjadi sebab terbukanya pintu rezeki, menyuburkan tanah yang gersang, dan membantu memperbaiki kualitas udara bagi manusia.

Karena itu, dalam Alquran, hujan sering disebutkan dengan kata rahmat (kasih sayang), rizqan (rezeki), dan ghaits (pertolongan).

Allah SWT berfirman, “Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan), dan Kami turunkan air dari langit yang amat bersih agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak.” (QS Al-Furqan [25]: 48-49).

Di tengah meluasnya bencana asap dan kekeringan yang melanda wilayah Indonesia saat ini, kita benar-benar sedang membutuhkan curahan air hujan. Allah SWT dan Rasul-Nya telah mengajarkan beberapa langkah yang hend aknya kita lakukan untuk “memancing” turunnya hujan.

Pertama, memperbanyak istighfar. Istighfar berarti mohon ampun kepada Allah SWT dengan mengakui dosa-dosa yang kita lakukan. Istighfar sebagai salah satu cara untuk memancing turunnya hujan pernah diajarkan oleh Nabi Nuh AS ketika berdakwah kepada kaumnya.
Allah SWT berfirman dalam Alquran surat Nuh (71) ayat 10-11 yang artinya, “Maka, aku (Nuh) katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat.”

Kedua, istiqamah di jalan Allah SWT. Selain beristighfar, cara lain untuk memancing datangnya hujan adalah dengan istiqamah, yaitu konsisten melakukan kebaikan dan konsisten menjauhi larangan.

Allah SWT berfirman, “Dan bahwasanya jikalau mereka tetap istiqamah (berjalan lurus) di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air (hujan) yang segar.” (QS Al-Jin [72]: 16).

Ketiga, memperbanyak doa. Doa adalah senjata utama kaum Muslimin. Ketika berbagai usaha telah kita lakukan maka doa adalah pelengkapnya.

Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa suatu hari ada orang datang kepada Rasulullah SAW mengadukan musnahny a harta benda dan terputusnya pintu rezekinya karena hujan yang tak kunjung turun.

Rasulullah SAW kemudian berdoa, “Ya Allah turunkanlah kepada kami hujan, Ya Allah turunkanlah kepada kami hujan, Ya Allah turunkanlah kepada kami hujan.” Tak lama setelah itu, tiba-tiba dari balik gunung muncul mendung bagaikan perisai, lalu menyebar dan menurunkan hujan hingga seminggu berikutnya. (HR Bukhari Muslim).

Keempat, shalat Istisqa. Shalat Istisqa adalah shalat dua rakaat yang diniatkan untuk meminta hujan kepada Allah SWT. Selain berdoa, Rasulullah SAW juga pernah mencontohkan shalat Istisqa ketika hujan tak kunjung datang.

Sahabat Abdullah bin Zaid pernah berkisah, “Rasulullah SAW pernah keluar rumah meminta hujan, lalu beliau shalat dua rakaat, di mana beliau mengeraskan bacaan pada kedua rakaatnya.” (HR An-Nasai). Wallahu A'lam.

Oleh: Jauhar Ridloni Marzuq
sumber : www.republika.co.id

Tuesday, January 19, 2016

Waspadai Keserakahan dan Perusakan Alam

Bencana asap yang menerpa di berbagai wilayah, terutama di Sumatra, di antaranya karena ulah keserakahan manusia. Keserakahan manusia untuk terus-menerus mengeksploitasi sumber daya alam.

Termasuk, membakar lahan dengan cara tak bertanggung jawab, telah berdampak pada kerugian material dan nonmaterial yang tidak sedikit. Di sisi lain, upaya untuk mengatasi bencana asap ini belum juga menemukan titik terangnya.

Padahal, Allah SWT telah mengingatkan dalam Alquran bahwa, "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS ar-Rum [30]: 41).

Terkadang, ketika manusia berinteraksi dengan sesama manusia, hewan, dan alam semesta, sering kali lupa akan tugas dan kewajibannya sebagai khalifah di muka bumi untuk menjaga keseimbangan ekosistem keh idupan di muka bumi. Sebab itu, Allah SWT mengingatkan manusia untuk memperlakukan apa saja yang ada di bumi dengan baik.

Penyakit serakah pada dasarnya bermuara dari sikap hidup berlebih-lebihan dalam penggunaan harta benda dan kekayaan alam, tanpa memikirkan kehidupan selanjutnya di masa depan. Keserakahan tidak hanya merugikan sesama manusia, tetapi juga dapat mengancam keseimbangan ekosistem alam.

Oleh karenanya, ajaran Islam mengingatkan manusia untuk memperlakukan alam dengan sebaik mungkin. Hal ini terlihat ketika tentara Muslim memasuki sebuah wilayah yang ditaklukkan. Salah satu larangan tegas yang dilarang adalah menebangi pohon tanpa ada alasan yang benar. Peristiwa ini memperlihatkan Islam adalah agama yang ramah terhadap lingkungan.

Berbagai upaya pelestarian alam harus dilaksanakan oleh setiap Muslim yang menaati perintah agamanya. Tentunya, setiap perilaku yang menyebabkan kerusakan di muka bumi harus dilarang dan dicegah . Sebab, dalam Alquran surah Ali-Imran ayat 104 dikemukakan, "Dan hen daklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung."

Mengajak kepada yang ma'ruf (pelestarian alam) dan mencegah tindakan yang mungkar (perusakan alam) merupakan perintah Allah SWT kepada umat Islam. Dalam kehidupan sosial bermasyarakat sekarang ini, umat Islam diharuskan berperan aktif menjadi agen-agen pelestarian alam, baik individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat Muslim yang lebih luas.


Oleh: Muslimin
sumber : www.republika.co.id